Rabu, 20 Mei 2009

SEPI ITU INDAH

Jauh darimu
Meski dekat dihati
Berimbun wangi
Saat memadu kita berdua
Aku tak akan pergi
Nuansa malam ku resapi
Dengan sedikit terang
Anganku melayang
Betapa sepi itu indah
Aku mencumbu senyummu
Ketika ramai buatku gundah
Lekat manismu musnah
Kucoba memeluk dirimu
Menyatakan gairah kepasrahan tak biasa
Betapa sepi itu indah
Bila tiba tiba
Aku rindu padamu

SATU TITIK API SATU SURO 1935

Tidak aku bertengger dipuncak kekuasaan jiwa untuk aku tunjuk dirimu
Semata sebagai pendampingku saja
Tidak aku tenggelam di samudra yang dalam
Aku ingin hidup ini menjadi bermakna
Aku bukan jago
Dongo dan cuma melongo
Mungkin tak semua ingin aku lakukan keharusan
Mungkin harus tak kulakukan semua keinginan
Aku akan lakukan yang harus kulakukan saja
Meluruskan jalan menuju istanamu
Tempat pemakaman rayuan setan mulai di indahkan

MUTIARA PHILOSOPHIA

Sewangi hawa kasidah cinta
Untuk hidup dan matiku
Kusebut namamu dalam hati
Disetiap sudut ruang bintang
Dengan hembusan nafasmu
Sebagai filosofi tarekatku kembali padamu
Jika masih ada cinta untukku
Maafkanlah segala kesalahanku
Cintailah aku
Jabat eratku mencium tanganmu
Kumenangis
Menjamah memetik hikmah denganmu

KISAH NYATA

Bukan alur cerita prosa
Bukan sitiran syair pujangga
Cintaku pergi tak kunjung kembali
Lelah sudah terus mencari
Sedikit luka yang cintaku bawa
Cemaskan aku waktu terharu
Ketegaran di jiwa cintaku dulu
Sebanyak do'a yang ku pinta
Tak usah lagi cintaku kembali
Bila aku belum juga mengerti
Andaikan semua itu cintaku tahu
Betapa nestapa merubah rasa empedu
Kepahitan demi kepahitan tertelan
Jadikan siuman tatapan
Arah dihadapan depan
Acuh cintaku terabaikan ku hiraukan
Nun jauh disana suatu hari satu rasa
Ternyata cintaku berada
Seperti cintamu sang dewi
Idaman hati ini aku temukan sendiri

150401 [FEELING vs INSTINCT]

Api yang menyala
Tak aku kuasai
Aku pergi
Kamu kecewa
Entah apa jadinya
Kubiarkan apa adanya
Rupanya waktu begitu baik padaku
Semuanya berubah seperti yang di kehendaki
Aku masih ragu
Benarkah seperti ini
Kamu menunggu sayangku
Masih seperti dulu memaafkan aku
Seakan tidak pernah ada yang terjadi
Katamu, semua sudah berlalu bersama angin lalu
Aku tak berani lagi bermain api
Demi cinta yang harus selalu terjaga
Meskipun aku rasa berat hati
Bukan berarti aku tak berlaga
Aku sudah rela
Terhimpit berjuta kata manja tertata
Suci dari hati, titipan darimu untukku
Aku mau bersamamu
Percikan api yang kamu beri
Lebih berarti... dari kebodohanku

metamorfosa sempOErna

Terbingkai berjuta pesona sempurna
Dari kepribadian nan anggun
Tersimpul manis senyum nan menawan
Terangkaikan santun alunan ucapan kata
Seiring kedip lembut bening kedua mata bercahaya
Paras ayu aura
Mahkota nan berkilauan
Bertahtakan tiara mutiara
Seimbang mulia luhur budi bidadari hati
Penuh tersematkan kehormatan
Bulan bintang kesalehahan
Aku terkapar tak berdaya
Tersentuh lembut salju lentik jemari
Aku tak bisa memiliki
Mungkin bisa terlaksana
Jika aku besar nanti

Selasa, 19 Mei 2009

AKU

Dialah dia, kamulah kamu,akulah aku
Temanku temanmu temannya
Siapa aku?
Seperti juga kamu, tentu tidak tahu
Aku menirumu juga menirunya
Mengapa aku
Tidak seperti kamu ataupun sepertinya
Aku
Mirip sepertimu mirip sepertinya
Tetapi aku tidak sama denganmu dan tidak sama dengannya
Aku merasakannya ketika berkaca
Kamu merasakannya ketika berkaca
Dia merasakannya ketika berkaca
Masih saja aku
Tetap tak tahu

PUSAKA DOA

Merah putih berkibar
Keberanian dan kesucian
Semangat berkobar
Memangku negri idaman
Tanpa pusaka aku tak bisa
Tanpa senjata aku terluka
Aku kecewa aku tersiksa
Suara nurani ternodai tirani koloni
Tekad pembela terpasung para pendusta
Tanah airku, salahkah aku lahir disini?
Tanah airku, benarkah aku mati disini?
jiwaku, bangun jiwaku, tolong jiwaku
Menggenggam jantung hatiku
Aku mencintaimu...
Harus aku tamatkan peperangan
Harus aku lunaskan pengorbanan
Harus aku tunaikan perjuangan
Menguburkan mimpi yang membunuhku
Mengobarkan lentera hati
Mengibarkan cinta sejati
Tanpa pusaka
Sulit aku memilikimu kekasihku

DUA DUANYA INDAH

Airmata yang terhapus sudah
Berganti mutiara yang indah
Menghiasi saat wangi
Bersamamu lagi
Cengkrama nostalgia
Mengukir suasana baru
Jambangan cinta
Tumbuhnya bunga rindu
Matahari pagi
Gerimis siang dan
Bintang bintang kala petang
Mengganti sepinya hari
Bersamamu lagi kehangatan
Bersamamu lagi kemesraan
Mengapa harus tertunda ragam tanya
Mengapa waktu belum segera menjawabnya
Apakah ada cinta tanpa derita mengiringinya
Apakah ada pemadu diantara keduanya

SAMPAI BERTEMU LAGI

Kulangkahi palang
Dinding batu penghalang
Karna tak ada pintu untuk ku pulang
Dilorong sempit
Dan waktu menjepit
Serangkaian kata untukmu
Tanpa penjabaran
Terucap begitu saja dariku
Tanpa penyamaran
Kamu pasti mengerti
Peduli aku kerap kali
Bukanpun tak kamu dengar aku
Bukan pula tak kamu lihat aku
Hawa meliputimu
Hanya wangi yang ter hembuskan
Untuk kubisa mengesankanmu
Sampai nanti
Sampai bertemu lagi
Satu hati pada jeda cinta
Pernah terisi mengisi relung hati
Waktu dulu aku terbuang olehmu
Sesali suatu kata percikan lena
Aku masih mencintainya
Misterimu terkandung padanya
Aku tak tahu kamu atau dia
Serupa tapi tak sama
Aku masih memegang janji
Hati ini ku titipkan padamu
Dengan segenap harapanku
Untuk bisa saling mengerti
Dia masih sendiri belajar berlari
Aku tak tahu bagaimana mesti
Sebab hati tak bisa dibelah menjadi dua
Percayalah cinta, walau tak harus memiliki
Akan tetap memberi arti sejatinya
Hidup ini untuknya untukmu dan untukku

TUMPUAN PERASAAN

Kekasihku...
Lihat aku dengan mata hatimu
Betapa besar rasa rinduku
Setelah berpisah kini kita bertemu
Kian ayu parasmu
Berhias senyum untukku
Mari berbagi rasa
Hatiku berkata
Hatimu juga
Sepi begitu berarti
Semilir angin malam ini sungguh jauh berbeda
Laksana irama melodi biola para dewa
Sambut tanganku
Usah gelisah
Percayalah
Untukmu aku pergi
Padamu aku kembali
Mendulang cinta sepenuh hati
Sampai nanti di ujung penghujung

IBU KITA KARTINI JUGA

Setiap hari
Bangunkan aku
Dari mimpi tak tentu
Memandikan aku
Dari kerubutan debu
Selalu memberi aku
Sarapan kerohanian
Penahan segala godaan
Tidak pernah lupa menasehatiku
Meskipun aku jemu pada siapa lagi aku berguru
Terik matahari kadang mebuatmu layu
Terlebih matahatimu tertipu oleh lalaiku
Makin membuatmu terkulai
Ibuku bukan Raden Ayu
Kodratmu sulit digantikan aku
Tumpuanku memohon restu
Bukan sebab syurga dibawah telapak kakimu

AIR MATA

Butir butir mutiara
Menetes dari biru sayu matamu
Nan dulu tajam menikam jantung hatiku
Menjadikan kebekuanku runtuh
Menangislah...
Akan kupeluk merontanya jiwa
Akan kulepaskan semua keraguan
Pastikan aku selalu bersama
Dengan lapang dada dan keyakinan
Setia, setiap suka dan saat duka
Musibah datang meraja, anugrah kunjung beserta
Tak dapat ditolak tak luput juga diraih
Dalam kedalaman
Denyut nadi yang berhenti berlarut dengan kesedihan
Dalam lautan kehidupan
Mengetahui kelemahan
Adalah juga kekuatan
Serentak gairahmu membela

BERINGIN TUA

Beringin tua
Sekian lama tumbuh dengan angkuh
Mau tak mau aku di bawahmu
Bukan berteduh atau berlindung
Daunmu merindang jalang
Batang pohonmu kekar sangar
Dipenuhi tahilalat kutu bejat
Akarmu menjalar liar dengan belukar
Dibawahmu ada kedamaian semu
Kamu ciptakan dari otak di perutmu
Buatku menderita sakit kuning
Muntah dan diam tak bergeming
Kamu beringin tua
Hambat jalanku
Mengejar cita dan cinta
Aku menuntutmu!
Kalau aku sehat nanti
Ku ajak kekasihku
Untuk memagarmu
Demi pesan bijak nenek moyang
Jang tempo doeloe berbintang seorang pedjoeang